Kenapa Orang Padang Pelit? Ini Jawabannya!
http://sidetek.blogspot.com/2013/10/kenapa-orang-padang-pelit-ini-jawabannya.html
"Kenapa sih orang Minang itu pelit" ?
Demikian sebuah pertanyaan yang kadang-kadang mengusik hati ini. Apakah memang orang Minang itu pelit ?. Kalau mau berdebat mengenai hal ini mungkin tidak akan ada habisnya. Dimana-mana sebenarnya ada orang yang pelit, ada yang sangat dermawan dan ada pula yang diantaranya. Akan tetapi, memang pelabelan seperti itu memang sangat mengusik perhatian. Apakah pelabelan pelit pada orang Minang itu bagaikan pepatah "Karena nila setitik, maka rusak susu sebelanga"?. Hal ini sama saja dengan mengatakan kalau orang Sunda, Jawa, atau orang luar negeri yang kita pernah temui dan kebetulan bersifat pelit, maka jadilah kita melabeli bangsa atau suku mereka itu pelit.
Pelit adalah kata sifat yang didapat oleh seseorang dari didikan, pengalaman, pemahaman, dan keinginannya. Kalau dirunut dari penyebab diatas maka semestinya asosiasi antara suku bangsa dan sifat pelit itu hanya dari sisi didikan dan pemahamannya. Karena didikan dan pemahaman di suatu suku bangsa, maka sifat pelit itu akan mendarah daging di anggota suku tersebut. Begitulah kira-kira maksudnya. Sementara sifat pelit yang dikarenakan oleh pengalaman dan keinginan merupakan penyebab pelengkap yang bisa dialami oleh semua orang, terlepas dari suku bangsa atau kewarganegaraannya.
Sekarang coba kita lihat didikan dan pemahaman dari suku Minang yang berhubungan dengan sifat pelit tersebut. Sependek yang aku tahu dan pahami, belum pernah aku temui sebuah budaya atau paham adat Minangkabau yang mengajarkan sifat pelit, dan kurasa hampir semua budaya di bangsa apapun juga tidak menyarankan sifat pelit (* mohon koreksinya kalau ada yang menemukan *). Hal ini dapat dipahami sebenarnya, karena masyarakat sebuah suku bangsa pastilah mempunyai norma yang menjurus ke norma norma universal, kecuali suku bangsa yang tidak mau berinteraksi dengan suku bangsa lainnya. Begitupun dengan masalah sifat pelit. Malahan, lagi lagi sependek yang aku tahu, budaya Minang menganjurkan berbuat baik baik dengan harta dan perbuatan dan tidak ada yang lebih penting dari budi yang baik seperti pantun berikut :
Tabek ikan panuah dek ikan,
Gadang di tabek ikan gurami,
Ameh bukan pangkek pun bukan,
Budi sabuah nan dicari.
Artinya :
Kolam ikan yang penuh dengan ikan,
Berkembang di kolam ikan gurame,
Emas bukan dan pangkat pun bukan,
Hanya budi baik yang perlu dicari.
Jadi dari manakah sifat pelit yang sering disematkan ke orang Minang ? kalaulah bukan dari didikan dan pemahaman, maka penyebabnya pastilah karena pengalaman atau keinginan orang tersebut, jadi bukan lagi diasosiasikan dengan suku bangsa. Pengalaman kehidupan bisa membuat seseorang menjadi pelit, dermawan, ataupun biasa biasa saja. Keinginan dan nafsu duniawi yang besar bisa membuat seseorang menjadi pelit dan kikir. Ini adalah pola kehidupan manusia yang wajar.
source