7 Kenyataan Kalau IPK Belum Tentu Berpengaruh Pada Karier
https://sidetek.blogspot.com/2014/12/7-kenyataan-kalau-ipk-belum-tentu.html
Indeks Prestasi Komulatif atau IPK merupakan sebuah angka yang ada di lembar ijazah. Dan ketika lulus kuliah inilah yang dijual mahasiswa-mahasiswi untuk mendapatkan pekerjaan impian. Apakah sebenarnya IPK sangat mempengaruhi karier di dunia kerja? Bagaimana dengan mahasiswa yang memiliki IPK kecil bahkan dibawah rata-rata teman-temannya?
Banyak orang yang merasa stres dengan masalah IPK padahal kenyataannya besar kecilnya IPK belum tentu menjadi hal yang terlalu berpengaruh bagi karier dan pekerjaan kamu nantinya. Gak percaya? Berikut 7 kenyataannya :
1. Kuliah Mencari Nilai
Banyak mahasiswa-mahasiswi saat ini yang kuliah hanya mencari nilai, dan setelah mata kuliah yang mereka pelajari selesai maka pelajaran tersebut sudah dilupakannya. Rata-rata mahasiswa hanya menghafal materi dikepalanya untuk dipindahkannya ke kertas ujian setelah ujian selesai maka akan hilang begitu saja.
2. Membagi Waktu
Banyak mahasiswa-mahasiswi yang sibuk menghabiskan waktunya untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugasnya demi IP tinggi. Hal itu memang baik tapi banyak mahasiswa ber IP tinggi tersebut lupa waktu untuk bersosialisasi, bergaul dengan teman-teman sebayanya. Maka jangan heran saat di dunia kerja dan profesi yang lebih sukses adalah mereka yang memiliki networking luas ketimbang yang sibuk sendiri. via infoperempuan.com
3. Drop Out
Tahukah kamu kalau orang-orang sukses di dunia ternyata tidak lulus sekolah bahkan mengalami drop out. Sebut saja mendiang Steve Job pendiri Apple, Bill Gates pendiri Microsoft, dan Mark Zuckerberg yang drop out dari sekolah lalu membuat facebook yang sekarang menjadi social media terbesar yang banyak digunakan orang-orang diseluruh dunia. via www.lifenews.com
4. Ukuran Pintar
Di Indonesia nampaknya sudah menjadi sebuah label murid teladan dan berprestasi adalah mereka yang mendapatkan nilai tertinggi dikelas, mendapatkan nilai bagus saat ujian, dan lulusan dari universitas terbaik. Padahal untuk ukuran kepintaran seseorang tidak hanya diukur dari nilai akademis semata. Tetapi banyak hal lainnya misalnya EQ ,SQ selain itu pelajaran seperti kesenian, olahraga, bahasa, menggambar, mengarang, dan hal-hal yang mengasah kreativitas sering dianggap sebagai pelajaran pelengkap. Tidak sepenting pelajaran matematika, fisika, dan kimia. via www.republika.co.id
5. Keluar Jalur
Rasanya saat ini banyak orang yang bekerja tidak sesuai dengan bidang yang ia pelajari saat kuliah. Contoh seorang dokter yang bekerja sebagai jurnalis, seorang lulusan ilmu pertanian tapi bekerja di dunia perbankan , lulusan jurnalistik menjadi pramugari dan masih banyak lagi. Hal itu biasanya terjadi lantaran kita terlambat menyadari bakat dan minat kita yang sesungguhnya. via jobnextid.wordpress.com
6. Sudut Pandang
Banyak orang pintar yang pandai mempelajari sesuatu, tapi hanya sedikit orang pintar yang pandai dalam menyederhanakan sesuatu. Maka jangan heran saat ini anak ber IPK rendah saat bertemu kembali 5-10 tahun dengan kawan lamanya ia jauh lebih sukses karena anak ber IPK rendah tersebut berusaha lebih keras memutar kreativitasnya untuk berjuang dalam meraih yang ia inginkan.via saefulzaman.wordpress.com
7. Zona Nyaman
Di Indonesia anak ber IPK tinggi sudah pasti sangat mudah diterima di perusahaan seperti perbankan, instansi pemerintah, perusahaan multinasional bahkan perusahaan asing. Menjadi karyawan yang memiliki pekerjaan yang mapan, gaji pasti tiap bulan, ditunjang dengan fasilitas-fasilitas lainnya membuat mereka terbiasa berada di zona nyaman.
Nah ketika sudah terbiasa berada di zona nyaman inilah yang sebenarnya akan membatasi kita dalam banyak hal. Maka jangan heran banyak dari mereka anak ber IPK tinggi memilih mengabdikan waktunya hingga pensiun untuk menjadi karyawan walaupun pekerjaannya sangat monoton dan kariernya sudah stuck karena tidak mungkin lebih tinggi lagi dari sang owner perusahaan. via www.kaffah.biz (via lintasme)
BIAR LEBIH UPDATE, FOLLOW US!